Jumat, 10 Mei 2013

Tata Cara Shalat Gerhana

Jakarta, bimasislam-- Menyambut terjadinya gerhana bulan pada hari Jumat, 26 April 2013 nanti, umat Islam diharapkan dapat melakukan shalat sunnah gerhana. Sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw, umat Islam sangat dianjurkan (sunah muakkadah), walaupun dalam posisi gerhana bulan sebagian. Disunnahkannya mulai fase umbra yakni dimulai pada pukul 02.54 – 03.21 WIB (hanya selama 27 menit). Selain itu, umat Islam dianjurkan memperbanyak zikir, doa, istighfar, taubat, sedekah, dan amal-amal kebajikan lainnya. Berhubung shalat sunah gerhana hanya dilakukan saat terjadi gerhana, wajar apabila banyak umat Islam yang belum mengetahui tata cara pelaksanaannya.
Mayoritas ulama berpendapat bahwa shalat gerhana hukumnya sunah muakkadah dan dilaksanakan secara berjama’ah. Pendapat ini didasarkan kepada beberapa hadits shahih, di antaranya:
عَنْ  عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، أَنَّهُ كَانَ يُخْبِرُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَنَّهُ قَالَ : ” إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ ، وَلَا لِحَيَاتِهِ ، وَلَكِنَّهُمَا آيَةٌ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا
Dari Abdullah bin Umar RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seseorang atau kelahiran seseorang. Namun keduanya adalah salah satu tanda kekuasaan Allah. Maka jika kalian melihatnya, hendaklah kalian mengerjakan shalat.” (HR. Bukhari)
عَنْ  أََبِي مَسْعُودٍ ، يَقُولُ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ  آيَاتِ اللَّهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا ، فَقُومُوا ، فَصَلُّوا “
Dari Abu Mas’ud RA berkata: Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang manusia, melainkan keduanya adalah salah satu tanda kekuasaan Allah. Maka jika kalian melihatnya, berdirilah kalian dan laksanakanlah shalat!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits yang semakna juga diriwayatkan dari jalur Abu Bakrah RA, Mughirah bin Syu’bah RA, Jabir bin Abdullah RA, Aisyah RA, Abu Hurairah RA dan Ibnu Abbas RA.
Amalan-amalan yang sunah dilaksanakan saat melihat gerhana, di antaranya :
Pertama, memperbanyak dzikir, istighfar, takbir, sedekah, dan amal-amal kebajikan
Dalam hadits dari Aisyah RA tentang gerhana matahari, Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ  آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ  يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ ، فَادْعُوا اللَّهَ ، وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang manusia atau kelahiran seorang manusia. Maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kalian kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Asma’ binti Abu Bakar RA berkata: “Nabi SAW memerintahkan untuk memerdekakan budak saat terjadi gerhana matahari.”(HR. Bukhari dan Abu Daud)
Kedua, berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat gerhana secara berjama’ah
Dalam hadits dari Aisyah RA dia berkata:
رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ  غَدَاةٍ  مَرْكَبًا  فَخُسِفَتِ الشَّمْسُ ، فَخَرَجْتُ فِي نِسْوَةٍ بَيْنَ ظَهْرَانَيِ الْحِجْرِ  فِي الْمَسْجِدِ ، فَأَتَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَرْكَبِهِ فَقَصَدَ إِلَى مُصَلَّاهُ الَّذِي كَانَ فِيهِ ، فَقَامَ وَقَامَ النَّاسُ وَرَاءَهُ
Rasulullah SAW pada suatu pagi menaiki kendaraannya, lalu terjadi gerhana matahari. Maka saya bersama kaum wanita keluar menuju masjid di antara kamar-kamar kami. Rasulullah SAW datang dengan kendaraannya, lalu menuju tempat ia biasa shalat. Beliau berdiri untuk shalat dan masyarakat shalat di belakang beliau.” (HR. Bukhari dan Muslim dengan lafal Muslim)
Ketiga, kaum wanita juga dianjurkan ikut shalat berjama’ah di masjid jika aman dari bahaya (godaan terhadap lawan jenis, dll). Dalilnya adalah hadits Asiyah RA di atas.
Keempat, Mengumandangkan ‘ash-shalatu jami’ah‘ untuk memanggil jama’ah shalat berkumpul di masjid, namun shalat tidak didahului oleh adzan dan iqamat.
Berdasar hadits shahih:
عَنْ  عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : ” لَمَّا  كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُودِيَ إِنَّ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ
Dari Abdullah bin Amru bin Ash RA berkata: “Ketika terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah SAW, maka dikumandangkan seruan ‘Ash-shalaatu jaami’ah‘.” (HR. Bukhari)
Hadits yang semakna diriwayatkan oleh imam Muslim dari jalur Aisyah RA.
Kelima, khutbah setelah shalat gerhana
Berdasar hadits-hadits shahih tentang hal itu. Antara lain hadits Aisyah RA:
ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ  انْجَلَتِ الشَّمْسُ ، فَخَطَبَ النَّاسَ ، فَحَمِدَ اللَّهَ  وَأَثْنَى عَلَيْهِ ، ثُمَّ قَالَ : ” إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ  آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ  يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ ، فَادْعُوا اللَّهَ ، وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
Beliau selesai dari shalat dan gerhana telah selesai. Maka beliau menyampaikan khutbah. Beliau bertahmid dan memuji nama Allah, kemudian bersabda: “Sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang manusia atau kelahiran seorang manusia. Maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kalian kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tata cara shalat gerhana : Shalat gerhana dikerjakan secara berjama’ah terdiri dari dua raka’at. Setiap rekaat terdiri dari dua kali berdiri dan dua kali ruku’. Sedangkan seluruh gerakan lainnya sama dengan gerakan shalat biasanya. Rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Berdiri menghadap kiblat, takbiratul ihram, membaca doa istiftah, membaca ta’awudz, membaca al-fatihah, dan membaca surat yang panjang, kira-kira sekitar satu surat al-Baqarah.
2. Bertakbir, ruku’ dalam waktu yang lama.
3. Membaca ‘sami’allahu liman hamidahu rabbana lakal hamdu’, berdiri kembali, lalu membaca ta’awudz dan al-fatihah, lalu membaca surat yang panjang namun kadarnya lebih pendek dari surat yang dibaca pada saat berdiri pertama.
4. Takbir, ruku’ dalam waktu yang lama, namun lebih pendek dari ruku’ yang pertama.
5. Membaca ‘sami’allahu liman hamidahu rabbana lakal hamdu’, berdiri kembali (i’tidal)
6. Bertakbir, lalu sujud, lalu duduk di antara dua sujud, lalu sujud.
7. Bertakbir, bediri untuk raka’at kedua, gerakannya sama seperti gerakan pada raka’at pertama, namun kadar panjangnya bacaan surat lebih pendek.
8. Setelah tasyahud akhir lalu salam.
Berdasar hadits-hadits shahih, antara lain:
عَنْ  عَائِشَةَ ، أَنَّهَا قَالَتْ :  خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاسِ ، فَقَامَ ، فَأَطَالَ القِيَامَ ، ثُمَّ رَكَعَ ، فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ، ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ القِيَامَ وَهُوَ  دُونَ القِيَامِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ ، ثُمَّ فَعَلَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ مَا فَعَلَ فِي الأُولَى ، ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ  انْجَلَتِ الشَّمْسُ ، فَخَطَبَ النَّاسَ ، فَحَمِدَ اللَّهَ  وَأَثْنَى عَلَيْهِ ، ثُمَّ قَالَ : ” إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ  آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ  يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ ، فَادْعُوا اللَّهَ ، وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا “
Dari Aisyah RA berkata: “Terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, maka Rasulullah SAW melaksanakan shalat gerhana bersama masyarakat. Beliau memanjangkan lamanya berdiri, lalu ruku’ dalam waktu yang lama, lalu berdiri dan memanjangkan lamanya berdiri namun tidak sepanjang berdirinya yang pertama, lalu ruku’ dan memanjangkan lamanya ruku’ namun tidak sepanjang ruku’ yang pertama, lalu sujud dalam waktu yang lama. Kemudian dalam rakaat kedua beliau melakukan seperti apa yang beliau kerjakan pada rakaat pertama. Beliau menyelesaikan shalat dan ternyata matahari telah nampak kembali.
Beliau lalu menyampaikan khutbah kepada masyarakat. Beliau bertahmid dan memuji nama Allah. Beliau kemudian bersabda: “Sesungguhnya gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang manusia atau kelahiran seorang manusia. Maka jika kalian melihat gerhana, berdoalah kalian kepada Allah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah!” (HR. Bukhari dan Muslim)
عَنْ  عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ :  انْخَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَصَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا نَحْوًا مِنْ قِرَاءَةِ سُورَةِ  البَقَرَةِ ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، ثُمَّ رَفَعَ ، فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ  دُونَ القِيَامِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ قَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ القِيَامِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَفَعَ ، فَقَامَ قِيَامًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ القِيَامِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ رَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا وَهُوَ دُونَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ، ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدْ  تَجَلَّتِ الشَّمْسُ ، فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ  يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ ، فَاذْكُرُوا اللَّهَ “
Dari Ibnu Abbas RA berkata: “Terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, maka Rasulullah SAW melaksanakan shalat gerhana. Beliau berdiri dalam waktu yang lama sekira membaca surat Al-Baqarah. Lalu ruku’ dalam waktu yang lama, lalu berdiri dalam waktu yang lama namun tidak sepanjang berdiri yang pertama. Kemudian ruku’ dalam waktu yang lama namun tidak sepanjang ruku’ yang pertama. (Lalu berdiri i’tidal, pent) lalu melakukan sujud.
Lalu berdiri (raka’at kedua) dalam waktu yang lama namun tidak sepanjang berdiri pada rakaat pertama. Lalu beliau ruku’ dalam waktu yang lama namun tidak selama ruku’ pada rakaat pertama. Lalu beliau berdiri dalam waktu yang lama namun tidak selama berdiri sebelumnya, lalu beliau ruku’ dalam waktu yang lama namun tidak selama ruku’ sebelumnya. (Lalu berdiri i’tidal, pent) lalu melakukan sujud. Beliau menyelesaikan shalat dan matahari telah nampak.
Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari sekian banyak tanda kekuasaan Allah. Gerhana matahari dan gerhana bulan tidak terjadi karena kematian seorang manusia atau kelahiran seorang manusia. Maka jika kalian melihat gerhana, berdzikirlah kalian kepada Allah!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits-hadits tentang shalat gerhana menunjukkan bahwa waktu pelaksanaannya adalah sejak terjadi gerhana sampai gerhana berakhir.
Dalam shalat gerhana, imam membaca surat Al-Fatihah dan surat sesudahnya dengan suara keras. Demikian juga takbiratul ihram, sami’allahu liman hamidah, dan takbir perpindahan antar gerakan. Seperti dijelaskan dalam hadits shahih:
عَنْ  عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، ” جَهَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلاَةِ  الخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ ، فَإِذَا فَرَغَ مِنْ قِرَاءَتِهِ كَبَّرَ ، فَرَكَعَ وَإِذَا رَفَعَ مِنَ الرَّكْعَةِ قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ، رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ ، ثُمَّ يُعَاوِدُ القِرَاءَةَ فِي صَلاَةِ  الكُسُوفِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
Dari Aisyah RA berkata: “Nabi SAW mengeraskan bacaannya dalam shalat gerhana. Jika selesai membaca surat, beliau bertakbir dan ruku’. Jika bangkit dari ruku’, beliau membaca dengan keras: Sami’allahu liman hamidahu, rabbana lakal hamdu. Beliau kemudian mengulangi bacaan Al-Fatihah dan membaca surat (lain sesudahnya) dalam shalat gerhana. Beliau melaksanakan empat kali ruku’ dan empat kali sujud.” (HR. Bukhari.
Demikian sedikit artikel yang disampaikan oleh Kaubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah DR. H. Ahmad Izzuddin terkait hisab gerhana bulan sebagian dan tuntunan nabi terkait ibadah shalat gerhana dan ibadah-ibadah lain terkait fenomena alam seperti gerhana bulan sebagian yang terjadi. (izdn)

Sumber : http://bimasislam.kemenag.go.id

Gerhana Matahari Baru 2013

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah Jumat (10/5/2013), Indonesia baru bisa melihat gerhana Matahari sebagian tiga tahun lagi, alias tahun 2016. Hal ini diungkapkan oleh astronom amatir Ma'rufin Sudibyo dalam percakapan dengan Kompas.com, hari ini.

Dalam kalender astronomi 2013, memang dinyatakan bahwa fenomena gerhana Matahari akan terjadi 3 November 2013. Namun, Indonesia tak beruntung karena tak bisa menyaksikan gerhana Matahari itu. "Gerhana itu hanya akan terlihat di seputaran Atlantik saja," kata Ma'rufin.
Ilustrasi wilayah yang bisa melihat gerhana Matahari pada 3 November 2013. Gerhana tertinggi terjadi di wilayah bergaris biru. Tampak bahwa Indonesia tidak termasuk dalam wilayah yang bisa mengamati gerhana. Kredit : NASA.

Lokasi yang berpeluang melihat gerhana Matahari total dan sebagian ditentukan berdasarkan wilayah jatuhnya bayang-bayang inti (umbra) dan tambahan (penumbra) Bulan yang menutupi Matahari.

Wilayah yang tertutup umbra akan mengalami gerhana Matahari total sementara wilayah yang tertutup penumbra akan mengalami gerhana Matahari sebagian. Di luar wilayah tersebut, gerhana Matahari takkan bisa disaksikan.

Untuk gerhana Matahari cincin, mekanismenya hampir sama dengan gerhana Matahari total. Hanya saja, jarak Matahari dengan Bumi terlalu jauh sehingga bayang-bayang inti Bulan tak mencapai Bumi.

File:Solar eclipse types.svg
Ilustrasi terjadinya gerhana Matahari total, cincin, dan sebagian serta penentuan wilayah yang akan bisa mengamatinya.
 
Pada gerhana 3 November 2013 serta tahun 2014 dan 2015, Indonesia tak masuk area cakupan umbra dan penumbra Bulan. Akibatnya, gerhana tak bisa disaksikan oleh penduduknya.

Untuk fenomena gerhana Matahari pada tahun 2014 dan 2015, wilayah yang berpeluang menyaksikan justru sekitar kutub. "Misalnya, gerhana Matahari 29 April 2014 itu ada di Antartika dan sekitarnya. Tanggal 23 Oktober 2014 ada di Arktik dan sekitarnya," urai Ma'rufin.

Pada 20 Maret 2015, gerhana Matahari juga akan terlihat di Antartika dan sekitarnya, termasuk seluruh Eropa Barat, sebagian Afrika Utara, dan Timur Tengah. "Untuk gerhana Matahari 13 September 2015, kembali Antartika saja yang bisa melihatnya," imbuh Ma'rufin.
Ilustrasi wilayah yang bisa melihat gerhana Matahari pada 20 Maret 2015. Indonesia tidak termasuk dalam wilayah yang bisa mengamatinya.
 
Untungnya, penantian tiga tahun nantinya akan berbuah manis. Pada 9 Maret 2016, beberapa wilayah Indonesia berpeluang menyaksikan gerhana Matahari total sementara lainnya mengalami gerhana Matahari sebagian dengan persentasi tutupan piringan Matahari oleh Bulan yang tinggi.

Wilayah Indonesia yang berpotensi melihat fenomena gerhana Matahari total tahun 2016 nanti adalah Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Tengah. Selain Indonesia, area yang bisa melihat gerhana Matahari total adalah pasifik.

Sementara itu, untuk wilayah Jawa, ma'rufin mengungkapkan, "Jawa mengalami gerhana sebagian dengan persentase penutupan cakram Matahari saat puncak gerhana antara 80 hingga 90 persen." Dengan demikian, saat puncak gerhana nanti, warga Jawa akan melihat Matahari seperti bulan sabit tipis.
Ilustrasi wilayah yang bisa mengamati gerhana Matahari pada 9 Maret 2016. Wilayah bertanda garis biru adalah yang bisa mengamati gerhana Matahari total. Tampak beberapa wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masuk di dalamnya.

Sumber : http://sains.kompas.com/ 

Kerjasama dengan KADIN dan BKPMD tentang wakaf

Jakarta, bimasislam-- Untuk mengembangkan potensi wakaf di Indonesia yang sangat besar diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak. Pada tahun 2013 ini, Direktorat Pemberdayaan Wakaf akan merangkul Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD). Demikian dikatakan Endi Supriady, M.Si, Kasie Kerjasama Pengembangan ketika ditemui bimasislam di ruang kerjanya, Gedung Kemenag RI, Jl. MH. Thamrin 6 Jakarta (1/5).
Lebih lanjut Endi mengatakan, kerjasama dengan KADIN dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembinaan manajemen kewirausahaan bagi Nazhir (pengelola wakaf) untuk mengembangkan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sedangkan kerjasama dengan BKPMD ditujukan pada investasi terkait dengan pemberdayaan ekonomi umat di daerah untuk memproduktifkan lahan wakaf, tegasnya.
Endi berharap, pengembangan kerjasama wakaf dengan berbagai pihak dapat memberikan kontribusi yang sidnifikan dalam upaya Kementerian Agama memajukan perwakafan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan umat. [Ska/foto: kadin]

Aplikasi Muslim Berbasis Smartphone

Jakarta, bimasislam-- Menghadapi era teknologi yang semakin canggih seperti saat ini, sudah selayaknya pemerintah mempersiapkan langkah-langkah antisipatif dalam rangka menghadapi banyaknya perubahan yang terjadi. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (information and comunication/ICT) di dunia semakin meluas. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan ICT di berbagai bidang, tidak terkecuali bidang Agama. Di antara teknologi komunikasi yang digunakan masyarakat dewasa ini adalah telepon genggam/handphone pintar. Oleh karena itu, diperlukan aplikasi Islami berbasis smart phone untuk memberikan layanan kepada masyarakat.
“Kami menyambut baik, rencana kerja yang diusulkan PT. Samsung Electronic Indonesia terkait dengan aplikasi Muslim berbasis smartphone. Aplikasi ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang mobilitasnya tinggi. Kami juga sedang mengembangkan beberapa aplikasi layanan masyarakat yang meliputi aplikasi penentu arah kiblat, jadwal waktu shalat, pendaftaran on-line pernikahan, publikasi produk halal, kuliner/restoran halal, kosmetik halal, hotel Islami, data kemasjidan dan sebagainya.” Demikian dikatakan oleh Dr. H. Muchtar Ali, M. Hum, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, ketika menerima audiensi dari PT. Samsung Electronic Indonesia, diruang kerjanya. (30/4)
Oleh karena itu, lanjut Muchtar, “Kami menyarankan agar PT. Samsung segera membuat surat tindaklanjut untuk menjalin kerjasama antara PT. Samsung dengan Kementerian Agama, sehingga kerjasama dapat segera dilakukan dan berjalan dengan lancar. Kami segera akan menyiapkan materi-materi yang dibutuhkan”.
Aplikasi Muslim yang ditawarkan oleh PT Samsung Electronic Indonesia mencakup penentuan arah kiblat, perhitungan awal waktu shalat, kalender Hijriyah, perhitungan zakat dan lokasi masjid. Aplikasi ini dapat digunakan dengan mobile phone yang berbasis smartphone, seperti; Samsung Android, Blackberry, Iphone, atau pun Windows Mobile.
“Kami dari PT. Samsung Electronic Indonesia mohon dukungan dan narasumber serta materi-materi untuk kita tampilkan dalam aplikasi tersebut. Penyiapan bahan materi meliputi materi arah kiblat, jadwal waktu shalat, haji, al-Qur’an, produk halal, data masjid dan pernikahan”, harap Handi Priono, Ketua Divisi Service Innovation PT. Samsung Electronic Indonesia. [jml/foto: bimasislam]

Sumber : http://bimasislam.kemenag.go.id

KUA Menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT)

Jakarta, bimasislam-- Kantor Urusan Agama (KUA) bukan merupakan perwakilan Kementerian Agama tingkat kecamatan, tetapi sebagai Unit Pelayanan Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam di tingkat Kecamatan. Demikian dikatakan Deputi Bidang Kelembagaan Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, Rini Widianti, dalam rapat pembahasan usulan pembentukan KUA baru di kantornya Jl. Jend. Sudirman Kav. 69 Jakarta Selatan (1/5).
Lebih lanjut Rini mengatakan bahwa KUA yang selama ini dikenal merupakan perwakilan kemenag di tingkat Kecamatan telah melaksanakan tugas-tugas kemenag, terutama yang berkaitan dengan tugas Bimas Islam dan Haji. Untuk melaksanakan tugas-tugas lain selain tugas urusan agama Islam, KUA harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor Kemenag Kabupaten/Kota, ujanya.
Rapat tersebut diselenggarakan seiring dengan banyaknya pemekaran wilayah tingkat kecamatan di daerah, sementara pemerintah daerah umumnya menuntut Kementerian Agama untuk segera membuka Kantor Urusan Agama baru di wilayah kecamatan baru tersebut.
Menurut Kasubdit Pemberdayaan KUA, Yayat Supriadi, saat ini Ditjen Bimas Islam telah mengusulkan pembentukan 458 KUA baru untuk mendapatkan persetujuan dari Kemenpan dan Reformasi Birokrasi. Pihaknya terus berupaya secara maraton agar pengusulan 458 KUA baru mendapatkan persetujuan dalam bentuk surat keputusan pembentukan KUA baru di daerah.
Berdasarkan pantauan bimasislam, hadir dalam rapat pembahasan pembentukan KUA baru Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. Abdul Djamil, MA, Sekretaris Ditjen BimasMuhammadiyah Amin, Direktur Urais dan Binsyar Muchtar Ali, Karo Ortala Kemenag Syahman Sitompul, Para pejabat Kemenpan dan RB, perwakilan BAKN, dan perwakilan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan serta para pejabat terkait lainnya. (yts/foto: kanwilriau).

Sumber : http://bimasislam.kemenag.go.id