Sukabumi-Jabar, bimasislam--
Setiap awal bulan Qamariyah, Kementerian Agama RI melakukan Kegiatan
rukyatul hilal di Pusat Observasi Bulan (POB) Pelabuhan Ratu, Sukabumi.
Kegiatan rukyat kali ini dihadiri oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat
Islam, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA, Kasubdit Pembinaan Syariah dan
Hisab Rukyat, Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, Kasi Hisab Rukyat, Ismail
Fahmi, S.Ag, Pejabat Kemenag Provinsi Jawa Barat, Pejabat Kemenag
Kabupaten Sukabumi, Badan Hisab Rukyat (BHR) Sukabumi, Para Kepala KUA
Se-kota Sukabumi, Lajnah Falakiyyah PBNU, dan para ahli falak Jawa Barat
dan sekitarnya.
Pelaksanaan
rukyat seperti ini bukan hanya dilakukan di Indonesia, tetapi
Negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei pun melakukan hal
yang sama. Karena, rukyat merupakan mata rantai pembentukan kriteria
visibilitas hilal sebagai penentuan awal bulan qamariyah. Perbedaan
penentuan awal bulan Qamariyah masih rentan sekali terjadi di Indonesia,
bahkan di beberapa negara lainnya. Demikian dikatakan Prof. Dr. Abdul
Djamil, MA, Direktur Jenderal Bimas Islam mengawali sambutannya ketika
mengikuti pelaksanaan Rukyatul Hilal awal bulan Jumadal Akhirah 1434 H
di Pusat Observasi Bulan (POB) Pelabuhan Ratu, Sukabumi Jawa Barat
(10/04).
Namun,
lanjut Prof. Djamil, janganlah karena perbedaan tersebut menjadi bibit
perpecahan di kalangan umat Islam. Sosialisasi hisab rukyat juga perlu
dilakukan agar umat Islam mengetahui bagaimana cara penentuan awal bulan
qamariyah yang benar, tegasnya.
Pada
kesempatan yang sama, Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Dr.
H. Ahmad Izzuddin, M.Ag ketika menyampaikan simulasi Rukyatul Hilal
dihadapan para pelaku rukyat. “Pada tanggal 29 Jumadil Ula 1434 H/10
April 2013 hilal berada pada ketinggian sekitar -1 derajat pada azimuth
280 derajat ketika matahari terbenam pukul 17:54 WIB, sehingga sangat
tidak mungkin hilal bisa dilihat. Namun demikian, lanjutnya, rukyat
tetap dilakukan sebagai sarana untuk membuktikan hasil hisab yang telah
dilakukan sebelumnya. Kegiatan ini akan berlangsung selama 2 hari yaitu
Rabu dan Kamis, 10 dan 11 April 2013. Pada hari Kamis posisi hilal telah
mencapai ketinggian sekitar 9 derajat, sehingga besar kemungkinan hilal
akan bisa dilihat, ujar Dosen Ilmu Falak IAIN Semarang ini.
Berdasarkan pantauan bimsislam,
disamping melakukan simulasi Rukyatul Hilal, dalam kegiatan ini juga
dijelaskan tentang penggunaan teknologi alat rukyat yang digunakan.
“Alat rukyat sekarang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan
teleskop yang canggih, kita cukup memasukkan data koordinat tempat
pelaksanaan rukyat, maka teleskop tersebut akan bergerak dengan
sendirinya menuju benda langit yang dituju. Selain teleskop,
software-software komputer atau sejenisnya juga cukup akurat dalam
menyumbang kemajuan rukyatul hilal”. Kata Ismail Fahmi, S. Ag., Kasi
Hisab Rukyat.
Dalam
pelaksanaan rukyat kali ini para peserta rukyat cukup antusias dan
serius dengan memperhatikan pemaparan dari para pemateri. Selain itu
peserta juga terkesan gembira bisa mengikuti kegiatan Rukyatul Hilal
secara langsung dengan mencoba menggunakan teropong hilal yang telah
disiapkan oleh Tim Rukyatul Hilal Kementerian Agama RI.
Sebelum
melaksanakan prosesi rukyatul hilal, Dirjen Bimas Islam beserta
rombongan berkesempatan berkunjung ke Gedung Pusat Observasi Bulan (POB)
baru yang terletak di desa Cibeas kecamatan Simpenan kabupaten Sukabumi
± 7 Km dari Gedung Pusat Observasi Bulan (POB) lama yang terletak di
desa Cidadap kecamatan Simpenan kabupaten Sukabumi.
Sumber : http://bimasislam.kemenag.go.id/
0 komentar:
Posting Komentar