Rabu, 24 April 2013

Dirjen Bimas Islam

Sukabumi-Jabar, bimasislam-- Setiap awal bulan Qamariyah, Kementerian Agama RI melakukan Kegiatan rukyatul hilal di Pusat Observasi Bulan (POB) Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Kegiatan rukyat kali ini dihadiri oleh Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA, Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat, Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, Kasi Hisab Rukyat, Ismail Fahmi, S.Ag, Pejabat Kemenag Provinsi Jawa Barat, Pejabat Kemenag Kabupaten Sukabumi, Badan Hisab Rukyat (BHR) Sukabumi, Para Kepala KUA Se-kota Sukabumi, Lajnah Falakiyyah PBNU, dan para ahli falak Jawa Barat dan sekitarnya.
Pelaksanaan rukyat seperti ini bukan hanya dilakukan di Indonesia, tetapi Negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei pun melakukan hal yang sama. Karena, rukyat merupakan mata rantai pembentukan kriteria visibilitas hilal sebagai penentuan awal bulan qamariyah. Perbedaan penentuan awal bulan Qamariyah masih rentan sekali terjadi di Indonesia, bahkan di beberapa negara lainnya. Demikian dikatakan Prof. Dr. Abdul Djamil, MA, Direktur Jenderal Bimas Islam mengawali sambutannya ketika mengikuti pelaksanaan Rukyatul Hilal awal bulan Jumadal Akhirah 1434 H di Pusat Observasi Bulan (POB) Pelabuhan Ratu, Sukabumi Jawa Barat (10/04).
Namun, lanjut Prof. Djamil, janganlah karena perbedaan tersebut menjadi bibit perpecahan di kalangan umat Islam. Sosialisasi hisab rukyat juga perlu dilakukan agar umat Islam mengetahui bagaimana cara penentuan awal bulan qamariyah yang benar, tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Kasubdit Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag ketika menyampaikan simulasi Rukyatul Hilal dihadapan para pelaku rukyat. “Pada tanggal 29 Jumadil Ula 1434 H/10 April 2013 hilal berada pada ketinggian sekitar -1 derajat pada azimuth 280 derajat ketika matahari terbenam pukul 17:54 WIB, sehingga sangat tidak mungkin hilal bisa dilihat. Namun demikian, lanjutnya, rukyat tetap dilakukan sebagai sarana untuk membuktikan hasil hisab yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan ini akan berlangsung selama 2 hari yaitu Rabu dan Kamis, 10 dan 11 April 2013. Pada hari Kamis posisi hilal telah mencapai ketinggian sekitar 9 derajat, sehingga besar kemungkinan hilal akan bisa dilihat, ujar Dosen Ilmu Falak IAIN Semarang ini.
Berdasarkan pantauan bimsislam, disamping melakukan simulasi Rukyatul Hilal, dalam kegiatan ini juga dijelaskan tentang penggunaan teknologi alat rukyat yang digunakan. “Alat rukyat sekarang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dengan teleskop yang canggih, kita cukup memasukkan data koordinat tempat pelaksanaan rukyat, maka teleskop tersebut akan bergerak dengan sendirinya menuju benda langit yang dituju. Selain teleskop, software-software komputer atau sejenisnya juga cukup akurat dalam menyumbang kemajuan rukyatul hilal”. Kata Ismail Fahmi, S. Ag., Kasi Hisab Rukyat.
Dalam pelaksanaan rukyat kali ini para peserta rukyat cukup antusias dan serius dengan memperhatikan pemaparan dari para pemateri. Selain itu peserta juga terkesan gembira bisa mengikuti kegiatan Rukyatul Hilal secara langsung dengan mencoba menggunakan teropong hilal yang telah disiapkan oleh Tim Rukyatul Hilal Kementerian Agama RI.
Sebelum melaksanakan prosesi rukyatul hilal, Dirjen Bimas Islam beserta rombongan berkesempatan berkunjung ke Gedung Pusat Observasi Bulan (POB) baru yang terletak di desa Cibeas kecamatan Simpenan kabupaten Sukabumi ± 7 Km dari Gedung Pusat Observasi Bulan (POB) lama yang terletak di desa Cidadap kecamatan Simpenan kabupaten Sukabumi.

Sumber : http://bimasislam.kemenag.go.id/

0 komentar:

Posting Komentar